Terus melonjaknya harga BBM dunia menyebabkan bisnis penerbangan di dunia berpengaruh besar. Namun hal itu dapat diantisipasi di Indonesia bila maskapai melakukan efisiensi.
Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA), Emirsyah Satar mengatakan, berdasarkan perkiraan dari International Air Travel Association (IATA) tahun ini nilai keuntungan dari bisnis penerbangan dunia bakal anjlok 50 persen.
"Awal tahun ini diprediksi nilai profitnya sebesar 8,6 miliar dollar AS, tetapi kemudian diturunkan menjadi 4,3 miliar dollar. Lonjakan harga avtur sangat berpengaruh terhadap bisnis ini," kata Emirsyah di Cengkareng, Rabu (20/7/2011).
Di Indonesia, jelas Emir, juga akan terpengaruh. Karenanya, maskapai harus pintar melakukan efisiensi agar tidak merugi. Menurutnya, potensi pasar di Indonesaia sangat besar, karenanya untuk penumpang tidak perlu dikhawatirkan.
"Tahun ini pertumbuhannya diperkirakan masih dobel digit. Kita sudah perkirakan minimal 10 persen, tetapi bukan berarti penumpang bertambah keuntungan naik," jelasnya.
Dia menerangkan bahwa BBM menjadi kontributor paling besar terhadap biaya produksi. Kontribusi BBM terhadap biaya produksi antara 15-50 persen. Pesawat baru biasanya lebih irit, sedangkan pesawat tua sangat boros menggunakan fuel.
Direktur Utama Garuda ini menyebutkan, per kwartal I 2011 ini saja penumpang Garuda mengalami peningkatan sebesar 43 persen. Namun hal itu belum tentu mendongkrak keuntungan.
Mengenai pengaruhnya terhadap maskapai lain, Emir menyatakan, sudah seharusnya ada efisiensi. "Pasar sangat menjanjikan, tetapi kalau mengaturnya salah ya bisa rugi, karena risiko harga avtur yang tinggi sangat besar," sergahnya.
(Tribun Jambi)
0 komentar:
Posting Komentar