NIKMATI LAYANAN TRAVEL PRIBADI, BOOKING DAN CETAK SENDIRI TIKETNYA

BIRO TIKET PESAWAT ONLINE

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

Rekan Netter ...

Prospek Bisnis online di bidang penjualan tiket pesawat masih sangat besar peluangnya, selama perusahaan penerbangan masih ada dan dunia pariwisata terus berkembang, bisnis tiket tiket pesawat masih layak untuk dipertimbangkan, hal yang perlu diperhatikan adalah menjamurnya pusat penjualan tiket dimana – mana, sehingga daya saing semakin tinggi, perlu suatu terobosan yang inovatif agar tetap bersaing sehat. Ini lah yang menjadi pertimbangan birotiket.com sehingga membuka peluang bisnis online menjadi biro tiket pesawat secara online dengan modal sedikit tetapi hasil yang sangat luar biasa..



KEUNTUNGAN APA SAJA YANG AKAN ANDA DAPATKAN ?

1. Proses reservasi / booking bisa dilakukan darimana saja dan kapan saja di seluruh wilayah Indonesia.

2. Data yang transparan langsung dari airline.

3. Proses reservasi langsung dilakukan dari sistem airline.

4. Anda bisa mencetak sendiri tiket anda dan penumpang anda bisa langsung terbang.

5. Pembayaran melalui transfer bank sehingga bisa lebih cepat dan akurat.

6. Anda bisa menjual kembali tiket tersebut kepada orang lain dengan harga pasar.

Selain beberapa keuntungan di atas, masih banyak lagi keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung bersama kami, selengkapnya silahkan klik disini


BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA


Bergabung? silahkan klik disini


Kamis, 31 Mei 2012

Kunci Pengendalian Penularan HIV/AIDS ada pada Perilaku Seks


Ilustrasi

Kunci pengendalian penularan HIV adalah pengendalian perilaku seks berisiko pada laki-laki. Perilaku seks laki-laki memengaruhi kesehatan perempuan dan anak.


"Perilaku seks berisiko tinggi memprihatinkan. Sekitar 3,1 juta laki-laki menjadi pembeli seks," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Nafsiah Mboi dalam diskusi "Di Balik MDGs: Peran Indonesia sebagai Negara Berpenghasilan Menengah dalam Mengatasi HIV serta Masalah Kesehatan Reproduksi", Senin (21/5), di Jakarta. Yang dimaksud sebagai perilaku seks berisiko tinggi adalah aktivitas seksual tanpa pengaman (kondom) sehingga rentan terhadap penularan HIV.

"Di daerah-daerah yang banyak proyek pembangunan biasanya disertai mobilisasi pekerja laki-laki muda. Di mana ada banyak laki-laki muda mencari nafkah, di situ banyak perempuan dan transaksi seks," ujarnya.

Perilaku seks berisiko tinggi rentan menularkan HIV kepada pasangannya. "Beberapa tahun lalu, penularan paling banyak lewat narkoba jarum suntik, kini penularan tertinggi lewat hubungan seks heteroseksual," ujar Nafsiah.

Ia mengatakan, kasus HIV baru paling tinggi pada ibu rumah tangga. Virus lalu ditularkan kepada bayi yang dilahirkan. Data KPAN, kasus penularan HIV dari ibu ke bayi naik dua kali lipat. "Perempuan sering tidak menyadari dirinya tertular HIV dari suaminya," ujarnya. Tanpa pemberian antiretroviral untuk pencegahan semasa mengandung, bayi kemungkinan terinfeksi saat dilahirkan sangat besar.

Utusan Khusus Presiden untuk MDGs, Nila Moeloek, mengatakan, target Tujuan Pembangunan Milenium yang dikhawatirkan sulit tercapai adalah pengendalian penularan HIV dan penurunan angka kematian ibu yang memiliki dimensi sosial yang kompleks. Ia mengingatkan, program-program pencegahan dan promosi kesehatan menjadi penting.

Hal senada diungkapkan oleh Nafsiah. Pengendalian HIV sulit tercapai karena ketimpangan relasi jender. "Kunci ada di tangan laki-laki karena mereka mempunyai pilihan dan bisa memutuskan untuk melakukan seks yang aman atau berisiko," ujarnya.

Ia mencontohkan, pekerja seks yang dilatih untuk disiplin memakai kondom sering terpaksa mengalah kepada laki-laki pelanggan yang tidak mau menggunakan kondom.

Penasihat Khusus dan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk HIV/AIDS Wilayah Asia Pasifik, Nafis Sadik, dalam kesempatan itu mengatakan, banyak program yang gagal karena faktor sosial, seperti ketimpangan jender yang ujungnya terkait pemberdayaan perempuan.

Sadik memandang perlu pembelajaran hak dan kesehatan reproduksi sejak dini di sekolah agar perilaku seksual generasi muda lebih bertanggung jawab. Di negara-negara Asia, hal itu masih jauh dari harapan. 

(kompas.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts