NIKMATI LAYANAN TRAVEL PRIBADI, BOOKING DAN CETAK SENDIRI TIKETNYA

BIRO TIKET PESAWAT ONLINE

BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA

Jika Anda Bisa Mengetik dan Akses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang dari Bisnis Tiket Pesawat Online

Rekan Netter ...

Prospek Bisnis online di bidang penjualan tiket pesawat masih sangat besar peluangnya, selama perusahaan penerbangan masih ada dan dunia pariwisata terus berkembang, bisnis tiket tiket pesawat masih layak untuk dipertimbangkan, hal yang perlu diperhatikan adalah menjamurnya pusat penjualan tiket dimana – mana, sehingga daya saing semakin tinggi, perlu suatu terobosan yang inovatif agar tetap bersaing sehat. Ini lah yang menjadi pertimbangan birotiket.com sehingga membuka peluang bisnis online menjadi biro tiket pesawat secara online dengan modal sedikit tetapi hasil yang sangat luar biasa..



KEUNTUNGAN APA SAJA YANG AKAN ANDA DAPATKAN ?

1. Proses reservasi / booking bisa dilakukan darimana saja dan kapan saja di seluruh wilayah Indonesia.

2. Data yang transparan langsung dari airline.

3. Proses reservasi langsung dilakukan dari sistem airline.

4. Anda bisa mencetak sendiri tiket anda dan penumpang anda bisa langsung terbang.

5. Pembayaran melalui transfer bank sehingga bisa lebih cepat dan akurat.

6. Anda bisa menjual kembali tiket tersebut kepada orang lain dengan harga pasar.

Selain beberapa keuntungan di atas, masih banyak lagi keuntungan yang akan anda dapatkan jika bergabung bersama kami, selengkapnya silahkan klik disini


BISNIS YANG BIASA TETAPI MEMILIKI
POTENSI PENGHASILAN YANG LUAR BIASA


Bergabung? silahkan klik disini


Senin, 06 Juni 2011

Laba maskapai dunia di bawah target


Industri penerbangan dunia disinyalir hanya meraup keuntungan sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp34 triliun sepanjang Maret 2011.

The International Air Transport Association (IATA) mencatat angka tersebut gagal memenuhi perkiraan profit yang diharapkan mencapai  US$8,6 miliar (Rp73,2 triliun) atau 54% di bawah target.

Bahkan dibandingkan dengan maret tahun lalu, keuntungan industri penerbangan dunia turun hingga 78% di mana pada periode yang sama mampu meraup laba bersih mencapai US$18 miliar (Rp153 triliun).

Giovanni Bisignani, Director General and CEO IATA, menduga turunnya keuntungan industri penerbangan diakibatkan oleh pergolakan ekonomi politik global seperti krisis di Timur Tengah dan Afrika Utara, melonjaknya harga minyak , serta bencana alam di Jepang.

"Bencana alam di Jepang, konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara, ditambah melonjaknya harga minyak telah memangkas ekspektasi keuntungan industri penerbangan hingga US$ 4 miliar,"ungkapnya.

Dia menilai krisis ekonomi dan politik dunia terjadi secara beruntun dan industri penerbangan memeroleh dampak yang signifikan.

Padahal, lanjutnya, kokohnya ekonomi global  pada dekade terakhir mampu menyeimbangkan tingginya harga bahan bakar, sehingga ekspektasi keuntungan tidak melesat jauh.

"Kita sudah berupaya mencatat keuntungan sesuai ekspektasi namun lemahnya ekonomi global ditambah melonjaknya harga bahan bakar mengakibatkan keseimbangan jadi rapuh,"keluhnya.

Dia menuturkan melonjaknya harga bahan bakar menjadi penyebab utama menurunnya keuntungan industri penerbangan. Pada 2011, tambahnya, harga minyak dunia ditaksir mencapai  US$ 110 per barel, meningkat 15% dibanding dugaan sebelumnya sebesar US$ 96 barel.

"Untuk setiap kenaikan harga minyak, perusahaan penerbangan harus menghadapi tambahan biaya hingga US$ 1,6 miliar. Dengan begitu, biaya untuk bahan bakar sudah mencaplok 30% dari total biaya penerbangan, atau dua kali lipat dibanding sepuluh tahun silam,"ujarnya.

Bisignani menambahkan dampak lonjakan harga bahan bakar tahun ini berbeda dengan yang terjadi pada 2008. Menurutnya, tahun ini persediaan minyak jadi sangat rendah dan ekspansi moneter memicu berakhirnya investasi bagi komoditi bahan bakar, di mana harga bahan bakar bakal makin melambung tinggi.

"Persoalan tahun ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada tiga tahun silam. Namun ketidakstabilan harga bahan bakar tetap menjadi salah satu tantangan utama industri penerbangan,"tuturnya.

Meskipun harga bahan bakar terus membumbung tinggi,  Bisignani meyakini akan terjadi perbaikan pada perekonomian dunia yang dapat merangsang perbaikan pendapatan perusahaan penerbangan.  Dengan begitu, dia menjamin akan terjadi pertumbuhan permintaan angkutan udara.

Tahun ini, IATA menargetkan peningkatan volume penumpang hingga 4,4%, turun 1,2 % dari ekspektasi sebelumnya. Demikian pula pada penerbangan kargo bisa meningkat 5,5%, meski sebelumnya ditargetkan bisa tumbuh hingga 6,1%.

"Meski terjadi pertumbuhan baik untuk pasar kargo maupun penumpang,  tetap saja kami realistis untuk menurunkan angka ekspektasi karena biaya bahan bakar yang lebih tinggi," katanya.

Kawasan Asia Pasifik menjadi kawasan dengan maskapai regional yang paling diharapkan mengeruk keuntungan hingga  US$ 2,1 miliar atau Rp17,9 triliun.

Meskipun begitu, keuntungan perusahaan penerbangan di Asia Pasifik gagal mengulangi pencapaian laba yang mencapai US$ 10 miliar pada tahun lalu.

"Kawasan Asia Pasifik memiliki tingkat profitabilitas paling tinggi dengan menyumbang 40% volume angkutan udara di seluruh dunia, ditambah  biaya tenaga kerja yang rendah mampu mereduksi beban biaya bahan bakar. Pertumbuhan yang signifikan diharapkan datang dari Cina dan India,"pungkasnya. (sut)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts