PT Sriwijaya Airlines menginvestasikan empat unit pesawat latih berjenis Piper Warrior III dengan total nilai USD560.000. Keempat pesawat tersebut akan digunakan oleh anak perusahaan Sriwijaya, yaitu sekolah penerbangan nasional National Aviation Management (NAM) Flying School.
President Director NAM Flying School Fandi Lingga mengatakan, pengadaan empat pesawat latih ini untuk mengakomodasi kebutuhan fasilitas infrastruktur di sekolah penerbangan tersebut.Penambahan pesawat latih asal Amerika Serikat itu akan didatangkan secara bertahap.Satu pesawat memiliki nilai investasi USD120.000–140.000.
"Dua didatangkan hari ini (kemarin) sedangkan dua lagi akan kami terima Agustus mendatang," kata Fandi saat menerima dua pesawat jenis Piper Warrior III di Pangkal Pinang kemarin. Sejak dua tahun berdiri, NAM Flying School sudah mendidik dua angkatan calon penerbang, dengan jumlah siswa 18 calon penerbang angkatan (batch) pertama, dan 23 calon penerbang angkatan kedua.
Saat ini NAM Flying School mendidik calon penerbangan untuk memenuhi kebutuhan pilot Sriwijaya. "Namun, tidak menutup kemungkinan nantinya kami mendidik calon penerbangan untuk maskapai lain, seperti saat ini kami sedang menyelenggarakan program foreign endorse licence yang diikuti oleh Malaysia untuk dapat bekerja sebagai penerbang di Indonesia," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Sriwijaya Air menargetkan NAM mempunyai sekitar 7–10 pesawat latih tipe Piper Warrrior III guna menyesuaikan dengan kapasitas sekolah yang bisa menampung 82 siswa. NAM menargetkan dapat meluluskan antara 20–25 orang di setiap batch. Setiap batch butuh waktu 12 bulan pendidikan atau 150–160 jam terbang untuk lulus, dengan biaya pendidikan sebesar Rp500 juta. Sriwijaya Air menginvestasikan dana sekitar Rp20 miliar di luar empat pesawat untuk membangun NAM.
Selain itu, maskapai penerbangan tersebut juga menginvestasikan Rp1,5 miliar untuk pembangunan hanggar di samping Bandara Depati Amir,Pangkal Pinang, Bangka, untuk mengakomodasi empat pesawat latihnya. Chairman NAM Flying School Sunaryo mengungkapkan, para siswa dari NAM untuk angkatan I dan II mendapatkan beasiswa berupa pembiayaan dari Bank Internasional Indonesia (BII).
"Jadi, ketika lulus para siswa ini akan menjalani ikatan dinas selama 10 tahun dan biaya sekolah itu dicicil melalui pemotongan gaji," kata Sunaryo.
(Seputar Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar